Resimen Mahasiswa (Menwa)
merupakan salah satu perwujudan implementasi Sistem Pertahanan Semesta di
Indonesia. Sistem pertahanan semesta saat itu yang berlaku adalah Sistem
Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Menwa
beranggotakan para mahasiswa yang merasa terpanggil untuk membela negara
dengan konsep milisi (kekuatan bersenjata), sebagai konsekuensi logis
pasal 30 dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD
1945). Menwa dibentuk dan diorganisir secara kewilayahan pada setiap
Propinsi Daerah Tingkat I dan sebagai Satuan Resimen Mahasiswa (Satmenwa)
di Perguruan Tinggi.
Selama ini Menwa
telah disusun sebagai kekuatan rakyat terlatih dengan kemampuan ganda
sebagai unsur perlawanan rakyat (wanra) dan unsur perlindungan masyarakat
(linmas). Sebagai suatu kekuatan strategis, Menwa diorganisir dalam
struktur komando militer, yang mana hal ini merupakan suatu upaya untuk
menyelaraskan dan mensinergikan setiap kegiatan maupun koordinasi yang
dilakukan Menwa dengan Tentara Nasional Indonesia /TNI (dahulu Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia/ABRI) serta instansi terkait di bidang
pembinaan perlindungan masyarakat dan pertahanan sipil.
Sistem organisasi dan
manajemen militer yang dipergunakan oleh Menwa merupakan faktor penting
bagi mobilitas dan efektifitasnya untuk memberikan dukungan berupa bantuan
tempur maupun bantuan administrasi bagi TNI selaku komponen utama
pertahanan. Di sisi lain hal ini juga berguna dalam melakukan dukungan
bagi fungsi perlindungan masyarakat, seperti penanggulangan bencana alam,
upaya pencarian dan penyelamatan korban bencana atau kecelakaan,
penanganan kebakaran dan lain lain.
Selain itu sebagai suatu
organisasi yang berkedudukan di Perguruan Tinggi Menwa menjadi salah satu
sarana belajar mengajar yang efektif di bidang manajemen dan kepemimpinan
bagi mahasiswa. Salah satu kelebihan menonjol dari organisasi ini adalah
sebagai satu - satunya organisasi kemahasiswaan yang diorganisir dalam
bentuk "manajemen langsung"( direct management organization),
di mana keputusan yang diambil merupakan otorisasi langsung dari pemimpin
organisasi (bukan keputusan kolektif), yang tentunya membutuhkan
kematangan tersendiri bagi figur si pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan. Di sinilah watak kepemimpinan dibentuk dan dibina melalui
berbagai proses pelatihan maupun kegiatan nyata dari organisasi.
Dengan mengikuti pelatihan
dan aktifitas Menwa, seorang mahasiswa dapat belajar untuk menjalankan
sistem manajemen langsung (direct management system) sebagaimana
yang diterapkan di dunia militer maupun dunia kerja.
|